Senin, 21 April 2014

teori analisis interaksi dan sosiometri



TEORI KOMUNIKASI KELOMPOK
(Teori Analisis Proses Interaksi dan Teori Sosiometris)
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Komunikasi Antar Pribadi dan Kelompok



Disusun oleh:
Ismatun Khasanah      (111111066)


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.                   PENDAHULUAN
Teori komunikasi adalah inti ilmu komunikasi. Teori komunikasi memiliki topik yang luas, berbagai teori semakin berkembang dan bermacam-macam. Tinggal kita ingin mempelajari yang mana. Diantara banyak teori yang ada, mulai dari teori antar pribadi, teori jendela johari, sampai teori kelompok.
Teori komunikasi yang saat ini telah berusia puluhan tahun dan berkembang sesuai dengan bidangnya. Perkembangan bidang ini, telah menyertakan gerakan dari sejumlah teori yang diciptakan oleh para akademisi ilmu komunikasi dan disebarkan oleh karya dari bidang-bidang lain yang lebih luas.
Jika dilihat dari pembahan dalam komunikasi antar pribadi dan kelompok saat ini, banyak sekali teori yang kita pelajari. Diantaranya; teori pengungkapan diri, teori analisis transaksional, teori konflik sosial, teori keseimbangan, teori ABX newcomb, teori analisis proses interaksi, teori sosiometri, teori paralinguistik, teori fungsional, dan masih banyak teori-teori yang lainnya mengenai komunikasi antar pribadi dan kelompok.
Dalam pembahasan ini, penulis lebih berfokus pada suatu teori komunikasi kelompok yaitu; teori analisis proses interaksi dan teori sosiometri.

II.                PEMBAHASAN
1.      Teori Analisis Proses Interaksi
Teori analisis proses interaksi yaitu teori yang mengarah pada sejenis pesan yang disampaikan orang dalam kelompok dan bagaimana pesan itu bisa memengaruhi peran dan kepribadian kelompok.[1]
Analisis proses interaksi oleh Robert Bales, dengan menggunakan penelitian bertahun-tahunnya sebagai sebuah fondasi, Bales menciptakan sebuah teori terpadu dan dikembangkan dengan baik dari komunikasi kelompok kecil yang bertujuan unutuk menjelaskan jenis pesan yang manusia tukar dalam kelompok, dari semua yang membentuk peran dan kepribadian anggota kelompok, dan cara mereka mempengaruhi semua karakter secara umum pada sebuah kelompok.
Dalam kelompok, setiap individu dapat memperlihatkan sikap positif atau negatif. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap individu dapat menanyakan informasi, memberi informasi, meminta dan memberi saran, serta menanyakan dan memberi opini.[2]
Menurut Bales, analisis proses interaksi terdiri atas enam kategori yaitu:
a.       Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling memberikan cukup informasi, maka kelompok bersangkutan akan mengalami “masalah komunikasi”.
b.      Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling cukup memberikan pendapat maka kelompok bersangkutan akan mengalami “masalah evaluasi
c.       Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling bertanya dan memberikan saran, maka kelompok akan mengalami “masalah pengawasan”.
d.      Jika masing-masing anggota kelompok tidak bisa mencapai kesepakatan maka mereka akan mendapatkan “masalah keputusan”
e.       Jika tidak cukup dramatisasi maka akan muncul “masalah ketegangan”.
f.       Jika anggota kelompok tidak ramah dan bersahabat maka akan terdapat “masalah reintegrasi”.
Teori Bales ini mencakup dua kelompok atau dua kelas perilaku komunikasi umum. Dalam penyelidikan pemimpin, Bales menemukan bahwa kelompok yang sama akan memiliki dua jenis pemimpin yang berbeda yaitu “pemimpin pekerjaan dan pemimpin sosioemosional”.[3]
Bales telah memberikan sumbangan penting dalam karir kesarjanaannya bagi perkembangan sistem ketegori Analisis Proses Interaksi (API) untuk menganalisis interaksi terbuka antar anggota-anggota kelompok.
Analisis proses interaksi dari bales adalah sistem keseimbangan (equilibrium). Semua unsur-unsur berada dalam keadaan seimbang. Terdapat jumlah yang sama kategori tugas dan kategori sosio-emosional, dan dua kategori tersebut dibagi sama dalam unsur positif dan unsur negatifnya. Selain itu penelitian menunjukan bahwa kelompok yang terlibat dalam kegiatan komunikasi yang berkaitan dengan tugas selama satu tahapan sidang, cenderung mempertahankan keseimbangan mereka. Hal ini dilakukan dengan cara meluangkan waktu yang lebih lama pada kegiatan sosio-emosional dalam tahapan sidang berikut, dan begitu pula sebaliknya. Kelompok-kelompok juga cenderung mengikuti suatu fase peningkatan berdasarkan waktu, dengan bergerak dari penekanan yang semula pada kegiatan komunikasi yang berkaitan dengan orientasi menuju kegiatan yang berkaitan dengan penilaian dan berakhir dengan kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian.[4]

2.      Teori Sosiometris
Sosiometris dapat diartikan sebagai pendekatan teoritis dan metodologis terhadap kelompok-kelompok yang diciptakan mula-mula oleh Moreno dan kemudian dikembangkan oleh Jennings dan yang lain. Pada dasarnya teori ini berhubungan dengan “daya tarik” (attraction) dan penolakan (repulsions) yang dirasakan oleh individu-individu terhadap satu sama lain serta implikasi perasaan-perasaan ini bagi pembentukan dan struktur kelompok. Suatu uji-coba sosiometris sering kali diterapkan pada anggota-anggota kelompok untuk menentukan struktur sosiometris suatu kelompok. Uji coba pada umumnya mencakup pertanyaan-pertanyaan yang meminta anggota-anggota kelompok untuk saling menentukan peringkat mereka berdasarkan efektifitas dalam melaksanakan tugas dan daya tarik antar pribadi. Suatu analisis terhadap uji-coba memberikan gambaran tentang berbagai konfigurasi sosial atau struktur yang telah dikembangkan oleh anggota kelompok.
Meskipun sosiometris tidak langsung berkepentingan dengan komunikasi, struktur sosiometris dari suatu kelompok tidak dapat disangkal berhubungan dengan beberapa hal yang terkadi dalam komunikasi kelompok. Nampaknya cukup masuk akal untuk menganggap bahwa individu-individu yang merasa tertarik satu sama lain dan yang saling menempatkan diri pada peringkat yang tinggi, akan lebih suka berkomunikasi sedemikian rupa sehingga membedakan mereka dari berkomunikasi anggota-anggota kelompok yang saling membenci. Bagaimanapun juga, hubungan yang khusus yang terdapat antara komunikasi kelompok dan struktur sosiometris kelompok masih perlu ditentukan.[5]
Jadi, sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak melakukan tindak komunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi. Tataran atraksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat diukur melalui alat tes sosiometri, di mana setiap anggota ditanyakan untuk memberi jenjang atau ranking terhadap anggota-anggota lainnya dalam kerangka ketertarikan antarpribadi (interpersonal attractiveness) dan keefektifan tugas (task effectiveness). Dengan menganalisis struktur kelompok yang padu dan produktif yang mungkin terjadi.[6]
Suatu kelompok memiliki kekuatan tidak hanya untuk membangkitkan para anggotanya, namun juga untuk membuat mereka menjadi tidak dapat diidentifikasikan.[7] Dalam contoh semisal ada segerombolan orang melakukan pembunuhan, pada segerombolan yang lebih besar banyak anggotanya dan kehilangan jatidirinya menjadi berkeinginan untuk melakukan kekejaman. Dalam kasus ini, seseorang tidak didasarkan pada diri mereka sendiri, semua dapat mengacu perilaku individu karena adanyan pengaruh kelompok.
Dengan adanya kondisi yang tidak diinginkan pada individu, ada dalam diri yang namanya pertahanan ego. Pertahanan ego yaitu mengacaukan realitas diluar maupun dalam diri. Dengan adanya pertahanan ego akan memunculkan represi; yaitu memasukan hal-hal yang tidak menyenangkan dari dalam kesadaran, ke dalam ketidaksadaran. Misal seperti kasus di atas mengenai segerombolan yang melakukan pembunuhan. Oleh karena itu, represi dapat menimbulkan pertahanan ego yang lain seperti pengalihan.[8]


III.             ANALISIS
Dari pembahasan di atas, relevansi dengan jurusan yaitu:
Langsung contoh dalam kasus di suatu perusahaan, dalam sebuah perusahaan pastinya ada pemimpin dan ada yang dipimpin. Dalam organisasi ini, haruslah terjalin hubungan yang baik diantara keduannya agar bisa mencapai tujuan bersama.
Dalam analisis proses interaksi, sebuah organisasi kelompok dalam mengembangkan bisnisnya dibutuhkan kerjasama dan keterbukaan. Contoh: dalam suatu kelompok organisasi, salah seorang memberikan pendapatnya untuk meningkatkan mutu semangat kerja para kinerja untuk melakukan suatu tujuan bersama, sedang yang lain saling punya pendapat sendiri-sendiri dan sehingga menimbulkan banyak perdebatan dan konflik. Kelompok tidak akan mampu membuat keputusan dalam kondisi seperti ini. Kemudian kelompok tersebut tidak ada yang memberikan saran, maka yang terjadi dalam kelompok tersebut tidak ada kesatuan. Apalagi dalam kelompok tersebut tidak memiliki sikap santai dan muncullah ketegangan dalam kondisi tersebut. Maka dibutuhkan salah seorang- pemimpin- untuk bisa mengarahkan agar bertindak positif, seperti memberi kesepakatan dan dramatisasi yang dibutuhkan dalam hal ini. Dramatisasi berarti melepaskan ketegangan dengan cara menyampaikan cerita dan pengalaman tidak perlu selalu sehubungan dengan masalah kelompok yang bersangkutan. Salah seorang bisa memberikan solusi atau bercerita tentang hal yang terbaik untuk kelompok mereka agar komunikasi dalam kelompok dapat berjalan baik.
Dalam teori sosiometris, relevansi terhadap jurusan yaitu; teori ini lebih menekankan pada komunikasi antara “daya tarik dan penolakan”. Contohnya; apabila individu merasa tertarik dengan individu lain maka komunikasi diantara keduannya akan berjalan baik dan lancar, dan mereka akan lebih suka berkomunikasi dibandingkan dengan mereka harus berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya yang saling membenci.
Dengan adanya daya tarik antar kelompok, biasanya akan terjadi komunikasi dan kerjasama yang baik. Kelompok tersebut akan lebih senang berinteraksi. Dan sebaliknya, apabila antar individu atau kelompok saling menolak, kerjasama diantara kedua kelompok renggang dan kurang baik. Begitu juga kerjasama tidak akan terselesaikan dengan lancar.

IV.             KESIMPULAN
Teori analisis proses interaksi membahas jenis-jenis pesan yang disampaikan orang dalam kelompok dan bagaimana pesan itu mempengaruhi peran dan kepribadian kelompok.
Teori ini memberikan pesan yang terdiri dari empat kategori yaitu; tindakan positif (tampak bersahabat, dramattisasi, kesepakatan), jawaban (memberikan saran, pendapat, informasi), pertanyaan (meminta saran, pendapat, informasi), tindakan negatif (pertentangan, menunjukan ketegangan, tampak tidak bersahabat).
Teori sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu- individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak melakukan tindak komunikasi, sebaliknya individu- individu yang saling menolak, kurang melaksanakan tindak komunikasi. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa teori sosimetri mencari tahu siapa yang disukai atau tidak disukai orang-orang, dan dengan siapa mereka akan atau tidak akan bersedia bekerja sama.
Jadi suatu kelompok sangat berpengaruh pada identitas seorang individu, mereka akan merasa kuat dan menjadi bukan diri sendiri karena dipengaruhi oleh kelompok dimana mereka berada. Komunikasi yang dilakukan pun berbeda antara individu yang merasa tertarik dengan individu lainnya dan antara individu yang yang saling menolak sehingga menimbulkan kurang komunikasi.








DAFTAR PUSTAKA
Golberg, Alvin A. Carl E. Larson.Komunikasi Kelompok: Proses-proses Diskusi san Penerapanya.Jakarta: UI-Press.1985.
Littlejohn, Stephen W. Karen A. Foss.Teori Komunikasi Theories of Human Communication, edisi 9.Jakarta: Salemba Humanika.2008.
Morissan.Teori Komunikasi: Individu hingga Massa.edisi pertama.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2013.
Myers, David G.Psikologi Sosial.eds 10.Jakarta: Salemba Humanika.2010.
Sarwono, Sarlito Wirawan.Teori-teori Psikologi Sosial.Jakarta: RajaGrafindo Persada.1995.


[1] Morissan, Teori Komunikasi: Individu hingga Massa, edisi pertama, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013, Hal. 334.
[2] Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Teori Komunikasi Theories of Human Communication, edisi 9, Jakarta: Salemba Humanika, 2008, hal. 326.
[3] Opcit, Morissan, Hal. 336.
[4] Alvin A.Golberg, Carl E. Larson; penerjemah, Koesdarini S, Gary R. Jusuf, Komunikasi Kelompok: Proses-proses Diskusi san Penerapanya, Jakarta: UI-Press, 1985, Hal. 57-59.
[5] Ibid, Alvin A.Golberg, Carl E. Larson, Hal. 55.
[7] David G. Myers, Psikologi Sosial, eds 10, Jakarta: Salemba Humanika, 2010, Hal. 369.
[8] Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995, Hal. 124.

Selasa, 04 Maret 2014

Makalah kepemimpinan



KEPEMIMPINAN
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Psikologi Industri dan Organisasi
Dosen pengampu: Nadiatus Salama, M. Si.








Disusun oleh:
Ismatun Khasanah      (111111066)


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
                                                        2013
Kepemimpinan
I.                   PENDAHULUAN
Kepemimpinan merupakan tema yang populer, yang tidak saja dibicarakan dan diteliti oleh para sarjana ilmu-ilmu sosial, ilmu perilaku, tapi yang dibicarakan pula oleh masyarakat pada umumnya. Meskipun telah banyak teori kepemimpinan yang dikembangkan, belum ada satu teori pun yang dirasakan paling sempurna.
Stogdill (1974) menyatakan bahwa jumlah macam batasan tentang kepemimpinan dapat dikatakan sama dengan jumlah orang yang telah mencoba membuat batasan tentang pengertian tersebut. Kepemimpinan merupakan sesuatu yang penting bagi manajer. Para manajer merupakan pemimpin (dalam organisasi mereka), sebaliknya pemimpin tidak perlu menjadi manajer. Kepemimpinan lebih berhubungan dengan efektivitas, sadangkan manajemeni lebih berhubungan dengan efisiensi.[1]
Dalam kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia yaitu hubungan mempengaruhi (dari pemimpin), dan hubungan kepatuhan-kepatuhan para pengikut/ bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinya, dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan kepada pemimpin. Pemimpin ada dua yaitu pemimpin formal, yaitu orang yang oleh organisasi ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan denganya untuk mencapai sasaran organisasi. Pemimpin informal, yaitu orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin; namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat.[2]




II.                RUMUSAN MASALAH
1.      Definisi kepemimpinan
2.      Apa saja teori kepemimpinan?
3.      Apa fungsi kepemimpinan dalam organisasi?

III.             PEMBAHASAN
1.      Definisi kepemimpinan
Definisi tentang kepemimpinan bervariasi sebanyak orang yang mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan. Definisi kepemimpinan secara luas adalah meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan dipahami dalam dua pengertian yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang. Kepemimpina hanyalah sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara suka rela/ suka cita.
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini yaitu: (1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut, (2) kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, (3) adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya dengan berbagai cara.[3]
Dari berbagai pengertian di atas dapat saya simpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi, mengarahkan, atau memberi contoh kepada pengikutnya untuk mencapai tujuan organisasi yang diharapkan.
2.      Teori-teori Kepemimpinan
a.       Teori Sifat, teori yang berusaha untuk mengidentifikasikan karakteristik khas (fisik, mental, kepribadian) yang dikaitkan dengan keberhasilan kepemimpinan. Teori ini menekankan pada atribut-atribut pribadi dari para pemimpin. Teori ini menyatakan bahwa keberhasilan manajerial disebabkan karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa dari seorang pemimpin.
·           Intelegensia. Ralph Stogdill menemukan bahwa para pemimpin lebih pintar dari pengikut-pengikutnya.
·           Kepribadian. Beberapa hasil penelitian menyiratkan bahwa sifat kepribadian seperti kesiagaan, keaslian, integritas pribadi, dan percaya diri diasosiasikan dengan kepemimpinan yang efektif.
·           Karakteristik Fisik. Studi mengenai hubungan antara kepemimpinan yang efektif dan karakteristik fisik seperti usia, tinggi badan, berat badan, dan penampilan memberikan hasil-hasil yang bertolak belakang.
b.      Teori Kepribadian Perilaku
Di akhir tahun 1940-an para peneliti mulai mengeksplorasi pemikiran bahwa bagaimana perilaku seseorang dapat menentukan keefektifan kepemimpinan seseorang. Dan mereka menemukan sifat-sifat, mereka meneliti pengaruhnya pada prestasi dan kepuasan dari pengikut-pengikutnya.
·           Pemimpin yang job-centered
Pemimpin yang berorientasi pada tugas menerapkan pengawasan ketat sehingga bawahan melakukan tugasnya dengan menggunakan prosedur yang telah ditentukan.
·           Pemimpin yang berpusat pada bawahan
Mendelegasikan pengambilan keputusan pada bawahan dan membantu pengikutnya dalam memuaskan kebutuhannya dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang suportif.
·           Membentuk struktur
Melibatkan perilaku dimana pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan hubungan-hubungan di dalam kelompok, cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas, dan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang benar.
·           Konsiderasi
Melibatkan perilaku yang menunjukan persahabatan, saling percaya, menghargai, kehangatan, dan komunikasi antara pemimpin dan pengikutnya.
c.       Teori Kepemimpinan Situasional
Suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu.
·           Model kepemimpinan kontingensi
Model ini dikembangkan oleh Fiedler, model kontingensi dari efektivitas kepemimpinan memiliki dalil bahwa prestasi kelompok tergantung pada interaksi antara gaya kepemimpinan dan situasi yang mendukung.
·           Model partisipasi pemimpin oleh Vroom dan Yetton
Suatu teori kepemimpinan yang memberikan seperangkat aturan untuk menentukan ragam dan banyaknya pengambilan keputusan partisipatif dalam situasi-situasi yang berlainan.[4]

Dalam teori kepemimpinan, Teori yang satu berbeda dengan teori yang lainnya. Di antara berbagai teori mengenai lahirnya pemimpin, paling tidak, ada tiga di antaranya yang menonjol yaitu sebagai berikut :
a.      Teori Genetis
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan “leaders are born and not made“. bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin. Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.


b.      Teori Sosial
Jika teori genetis mengatakan bahwa “leaders are born and not made”, make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : “Leaders are made and not born“. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
c.       Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat itu kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.
Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.[5]

3.      Fungsi Kepemimpinan dalam Organisasi
Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/ organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu.
Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi seperti:
a)      Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin.
b)      Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/ organisasi.
Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
a.      Fungsi instruktif
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.
b.      Fungsi konsultatif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskanya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan.
c.       Fungsi partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakanya.
d.      Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/ menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan.
e.       Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalain bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/ efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.[6]


IV.             KESIMPULAN
kepemimpinan yaitu merupakan suatu proses mempengaruhi, mengarahkan, atau memberi contoh kepada pengikutnya untuk mencapai tujuan organisasi yang diharapkan. Pemimpin dalam kepemimpinan dibagi atas dua bagian yaitu pemimpin formal, pemimpin yang secara resmi dipilih oleh suatu organisasi berdasarkan keputusan secara resmi untuk menempati suatu jabatan. Dan pemimpin informal yaitu orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin.
Dalam kepemimpinan ada beberapa teori di dalamnya, antara lain teori sifat, teori kepribadian perilaku, teori kepemimpinan situasional, teori genetis, teori sosial, dan teori ekologis. Selain teori, ada fungsi dari kepemimpinan dalam organisasi yang meliputi;
a.       Fungsi instruktif
b.      Fungsi konsultatif
c.       Fungsi partisipasi
d.      Fungsi delegasi
e.       Fungsi pengendalian

V.                PENUTUP
Demikian makalah yang dapat saya sampaikan, saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu saya  mohon kritik dan sarannya yang dapat membangun untuk penyempurnaan makalah berikutnya. Atas kritik dan sarannya saya ucapkan terima kasih.











DAFTAR PUSTAKA

Munandar, Ashar Sunyoto.Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).2008.

Kartono, Kartini.Pemimpin dan Kepemimpinan apakah pemimpin Abnormal itu?.Jakarta: Raja Grafindo Persada.1994.

Rivai, Veithzal.Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.Jakarta: Rajawali Pers.2003.




[1] Ashar Sunyoto Munandar, Psikologi Industri dan Organisasi, Jakarta: Universitas Indonesia(UI-Press), 2008, Hlm. 166.
[2] Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan apakah pemimpin Abnormal itu?, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994, Hlm. 2, 8-9.
[3] Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2003, Hlm. 2-3.
[4] Ibid, Hlm. 9-15.
[6]Opcit,  Hlm. 50-53.