TEORI
KOMUNIKASI KELOMPOK
(Teori
Analisis Proses Interaksi dan Teori Sosiometris)
MAKALAH
Disusun
guna memenuhi tugas
Mata
kuliah: Komunikasi Antar Pribadi dan
Kelompok
Disusun
oleh:
Ismatun
Khasanah (111111066)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Teori
komunikasi adalah inti ilmu komunikasi. Teori komunikasi memiliki topik yang
luas, berbagai teori semakin berkembang dan bermacam-macam. Tinggal kita ingin
mempelajari yang mana. Diantara banyak teori yang ada, mulai dari teori antar
pribadi, teori jendela johari, sampai teori kelompok.
Teori
komunikasi yang saat ini telah berusia puluhan tahun dan berkembang sesuai
dengan bidangnya. Perkembangan bidang ini, telah menyertakan gerakan dari
sejumlah teori yang diciptakan oleh para akademisi ilmu komunikasi dan
disebarkan oleh karya dari bidang-bidang lain yang lebih luas.
Jika
dilihat dari pembahan dalam komunikasi antar pribadi dan kelompok saat ini,
banyak sekali teori yang kita pelajari. Diantaranya; teori pengungkapan diri,
teori analisis transaksional, teori konflik sosial, teori keseimbangan, teori
ABX newcomb, teori analisis proses interaksi, teori sosiometri, teori
paralinguistik, teori fungsional, dan masih banyak teori-teori yang lainnya
mengenai komunikasi antar pribadi dan kelompok.
Dalam
pembahasan ini, penulis lebih berfokus pada suatu teori komunikasi kelompok
yaitu; teori analisis proses interaksi dan teori sosiometri.
II.
PEMBAHASAN
1. Teori Analisis Proses Interaksi
Teori
analisis proses interaksi yaitu teori yang mengarah pada sejenis pesan yang disampaikan
orang dalam kelompok dan bagaimana pesan itu bisa memengaruhi peran dan
kepribadian kelompok.[1]
Analisis
proses interaksi oleh Robert Bales, dengan menggunakan penelitian
bertahun-tahunnya sebagai sebuah fondasi, Bales menciptakan sebuah teori
terpadu dan dikembangkan dengan baik dari komunikasi kelompok kecil yang
bertujuan unutuk menjelaskan jenis pesan yang manusia tukar dalam kelompok,
dari semua yang membentuk peran dan kepribadian anggota kelompok, dan cara
mereka mempengaruhi semua karakter secara umum pada sebuah kelompok.
Dalam
kelompok, setiap individu dapat memperlihatkan sikap positif atau negatif.
Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap individu dapat menanyakan informasi,
memberi informasi, meminta dan memberi saran, serta menanyakan dan memberi
opini.[2]
Menurut
Bales, analisis proses interaksi terdiri atas enam kategori yaitu:
a. Jika
masing-masing anggota kelompok tidak saling memberikan cukup informasi, maka
kelompok bersangkutan akan mengalami “masalah komunikasi”.
b. Jika
masing-masing anggota kelompok tidak saling cukup memberikan pendapat maka
kelompok bersangkutan akan mengalami “masalah evaluasi
c. Jika
masing-masing anggota kelompok tidak saling bertanya dan memberikan saran, maka
kelompok akan mengalami “masalah pengawasan”.
d. Jika
masing-masing anggota kelompok tidak bisa mencapai kesepakatan maka mereka akan
mendapatkan “masalah keputusan”
e. Jika
tidak cukup dramatisasi maka akan muncul “masalah ketegangan”.
f. Jika
anggota kelompok tidak ramah dan bersahabat maka akan terdapat “masalah
reintegrasi”.
Teori
Bales ini mencakup dua kelompok atau dua kelas perilaku komunikasi umum. Dalam
penyelidikan pemimpin, Bales menemukan bahwa kelompok yang sama akan memiliki
dua jenis pemimpin yang berbeda yaitu “pemimpin pekerjaan dan pemimpin
sosioemosional”.[3]
Bales
telah memberikan sumbangan penting dalam karir kesarjanaannya bagi perkembangan
sistem ketegori Analisis Proses Interaksi (API) untuk menganalisis interaksi
terbuka antar anggota-anggota kelompok.
Analisis
proses interaksi dari bales adalah sistem keseimbangan (equilibrium). Semua
unsur-unsur berada dalam keadaan seimbang. Terdapat jumlah yang sama kategori tugas
dan kategori sosio-emosional, dan dua kategori tersebut dibagi sama dalam unsur
positif dan unsur negatifnya. Selain itu penelitian menunjukan bahwa kelompok
yang terlibat dalam kegiatan komunikasi yang berkaitan dengan tugas selama satu
tahapan sidang, cenderung mempertahankan keseimbangan mereka. Hal ini dilakukan
dengan cara meluangkan waktu yang lebih lama pada kegiatan sosio-emosional
dalam tahapan sidang berikut, dan begitu pula sebaliknya. Kelompok-kelompok
juga cenderung mengikuti suatu fase peningkatan berdasarkan waktu, dengan
bergerak dari penekanan yang semula pada kegiatan komunikasi yang berkaitan
dengan orientasi menuju kegiatan yang berkaitan dengan penilaian dan berakhir
dengan kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian.[4]
2. Teori Sosiometris
Sosiometris
dapat diartikan sebagai pendekatan teoritis dan metodologis terhadap
kelompok-kelompok yang diciptakan mula-mula oleh Moreno dan kemudian
dikembangkan oleh Jennings dan yang lain. Pada dasarnya teori ini berhubungan
dengan “daya tarik” (attraction) dan penolakan (repulsions) yang
dirasakan oleh individu-individu terhadap satu sama lain serta implikasi
perasaan-perasaan ini bagi pembentukan dan struktur kelompok. Suatu uji-coba
sosiometris sering kali diterapkan pada anggota-anggota kelompok untuk
menentukan struktur sosiometris suatu kelompok. Uji coba pada umumnya mencakup
pertanyaan-pertanyaan yang meminta anggota-anggota kelompok untuk saling menentukan
peringkat mereka berdasarkan efektifitas dalam melaksanakan tugas dan daya
tarik antar pribadi. Suatu analisis terhadap uji-coba memberikan gambaran
tentang berbagai konfigurasi sosial atau struktur yang telah dikembangkan oleh
anggota kelompok.
Meskipun
sosiometris tidak langsung berkepentingan dengan komunikasi, struktur
sosiometris dari suatu kelompok tidak dapat disangkal berhubungan dengan
beberapa hal yang terkadi dalam komunikasi kelompok. Nampaknya cukup masuk akal
untuk menganggap bahwa individu-individu yang merasa tertarik satu sama lain
dan yang saling menempatkan diri pada peringkat yang tinggi, akan lebih suka
berkomunikasi sedemikian rupa sehingga membedakan mereka dari berkomunikasi
anggota-anggota kelompok yang saling membenci. Bagaimanapun juga, hubungan yang
khusus yang terdapat antara komunikasi kelompok dan struktur sosiometris
kelompok masih perlu ditentukan.[5]
Jadi, sosiometri merupakan sebuah
konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis
terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam
kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak melakukan
tindak komunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya
sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi. Tataran atraksi atau
ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat diukur melalui alat tes
sosiometri, di mana setiap anggota ditanyakan untuk memberi jenjang atau
ranking terhadap anggota-anggota lainnya dalam kerangka ketertarikan
antarpribadi (interpersonal attractiveness) dan keefektifan tugas (task
effectiveness). Dengan menganalisis struktur kelompok yang padu dan produktif
yang mungkin terjadi.[6]
Suatu
kelompok memiliki kekuatan tidak hanya untuk membangkitkan para anggotanya,
namun juga untuk membuat mereka menjadi tidak dapat diidentifikasikan.[7]
Dalam contoh semisal ada segerombolan orang melakukan pembunuhan, pada
segerombolan yang lebih besar banyak anggotanya dan kehilangan jatidirinya
menjadi berkeinginan untuk melakukan kekejaman. Dalam kasus ini, seseorang
tidak didasarkan pada diri mereka sendiri, semua dapat mengacu perilaku
individu karena adanyan pengaruh kelompok.
Dengan
adanya kondisi yang tidak diinginkan pada individu, ada dalam diri yang namanya
pertahanan ego. Pertahanan ego yaitu mengacaukan realitas diluar maupun dalam
diri. Dengan adanya pertahanan ego akan memunculkan represi; yaitu memasukan
hal-hal yang tidak menyenangkan dari dalam kesadaran, ke dalam ketidaksadaran.
Misal seperti kasus di atas mengenai segerombolan yang melakukan pembunuhan.
Oleh karena itu, represi dapat menimbulkan pertahanan ego yang lain seperti
pengalihan.[8]
III.
ANALISIS
Dari pembahasan di
atas, relevansi dengan jurusan yaitu:
Langsung
contoh dalam kasus di suatu perusahaan, dalam sebuah perusahaan pastinya ada
pemimpin dan ada yang dipimpin. Dalam organisasi ini, haruslah terjalin
hubungan yang baik diantara keduannya agar bisa mencapai tujuan bersama.
Dalam
analisis proses interaksi, sebuah organisasi kelompok dalam mengembangkan
bisnisnya dibutuhkan kerjasama dan keterbukaan. Contoh: dalam suatu kelompok
organisasi, salah seorang memberikan pendapatnya untuk meningkatkan mutu semangat
kerja para kinerja untuk melakukan suatu tujuan bersama, sedang yang lain
saling punya pendapat sendiri-sendiri dan sehingga menimbulkan banyak
perdebatan dan konflik. Kelompok tidak akan mampu membuat keputusan dalam
kondisi seperti ini. Kemudian kelompok tersebut tidak ada yang memberikan
saran, maka yang terjadi dalam kelompok tersebut tidak ada kesatuan. Apalagi dalam
kelompok tersebut tidak memiliki sikap santai dan muncullah ketegangan dalam
kondisi tersebut. Maka dibutuhkan salah seorang- pemimpin- untuk bisa mengarahkan
agar bertindak positif, seperti memberi kesepakatan dan dramatisasi yang
dibutuhkan dalam hal ini. Dramatisasi berarti melepaskan ketegangan dengan cara
menyampaikan cerita dan pengalaman tidak perlu selalu sehubungan dengan masalah
kelompok yang bersangkutan. Salah seorang bisa memberikan solusi atau bercerita
tentang hal yang terbaik untuk kelompok mereka agar komunikasi dalam kelompok
dapat berjalan baik.
Dalam
teori sosiometris, relevansi terhadap jurusan yaitu; teori ini lebih menekankan
pada komunikasi antara “daya tarik dan penolakan”. Contohnya; apabila individu merasa
tertarik dengan individu lain maka komunikasi diantara keduannya akan berjalan
baik dan lancar, dan mereka akan lebih suka berkomunikasi dibandingkan dengan
mereka harus berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya yang saling
membenci.
Dengan
adanya daya tarik antar kelompok, biasanya akan terjadi komunikasi dan
kerjasama yang baik. Kelompok tersebut akan lebih senang berinteraksi. Dan
sebaliknya, apabila antar individu atau kelompok saling menolak, kerjasama
diantara kedua kelompok renggang dan kurang baik. Begitu juga kerjasama tidak
akan terselesaikan dengan lancar.
IV.
KESIMPULAN
Teori
analisis proses interaksi membahas jenis-jenis pesan yang disampaikan orang
dalam kelompok dan bagaimana pesan itu mempengaruhi peran dan kepribadian
kelompok.
Teori
ini memberikan pesan yang terdiri dari empat kategori yaitu; tindakan positif
(tampak bersahabat, dramattisasi, kesepakatan), jawaban (memberikan saran,
pendapat, informasi), pertanyaan (meminta saran, pendapat, informasi), tindakan
negatif (pertentangan, menunjukan ketegangan, tampak tidak bersahabat).
Teori
sosiometri merupakan sebuah konsepsi
psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap
kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu- individu dalam
kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak melakukan
tindak komunikasi, sebaliknya individu- individu yang saling menolak, kurang
melaksanakan tindak komunikasi. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa teori
sosimetri mencari tahu siapa yang disukai atau tidak disukai orang-orang, dan dengan
siapa mereka akan atau tidak akan bersedia bekerja sama.
Jadi
suatu kelompok sangat berpengaruh pada identitas seorang individu, mereka akan
merasa kuat dan menjadi bukan diri sendiri karena dipengaruhi oleh kelompok
dimana mereka berada. Komunikasi yang dilakukan pun berbeda antara individu
yang merasa tertarik dengan individu lainnya dan antara individu yang yang
saling menolak sehingga menimbulkan kurang komunikasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Golberg, Alvin A. Carl E. Larson.Komunikasi
Kelompok: Proses-proses Diskusi san Penerapanya.Jakarta: UI-Press.1985.
Littlejohn, Stephen W. Karen A.
Foss.Teori Komunikasi Theories of Human Communication, edisi 9.Jakarta:
Salemba Humanika.2008.
Morissan.Teori Komunikasi: Individu
hingga Massa.edisi pertama.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2013.
Myers, David G.Psikologi Sosial.eds
10.Jakarta: Salemba Humanika.2010.
Sarwono, Sarlito Wirawan.Teori-teori
Psikologi Sosial.Jakarta: RajaGrafindo Persada.1995.
[1] Morissan, Teori Komunikasi:
Individu hingga Massa, edisi pertama, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2013, Hal. 334.
[2] Stephen W. Littlejohn, Karen A.
Foss, Teori Komunikasi Theories of Human Communication, edisi 9,
Jakarta: Salemba Humanika, 2008, hal. 326.
[3] Opcit, Morissan, Hal. 336.
[4] Alvin A.Golberg, Carl E. Larson;
penerjemah, Koesdarini S, Gary R. Jusuf, Komunikasi Kelompok: Proses-proses
Diskusi san Penerapanya, Jakarta: UI-Press, 1985, Hal. 57-59.
[5] Ibid, Alvin A.Golberg, Carl E.
Larson, Hal. 55.
[7] David G. Myers,
Psikologi Sosial, eds 10, Jakarta: Salemba Humanika, 2010, Hal. 369.
[8] Sarlito Wirawan
Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995,
Hal. 124.