Senin, 21 April 2014

teori analisis interaksi dan sosiometri



TEORI KOMUNIKASI KELOMPOK
(Teori Analisis Proses Interaksi dan Teori Sosiometris)
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Komunikasi Antar Pribadi dan Kelompok



Disusun oleh:
Ismatun Khasanah      (111111066)


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.                   PENDAHULUAN
Teori komunikasi adalah inti ilmu komunikasi. Teori komunikasi memiliki topik yang luas, berbagai teori semakin berkembang dan bermacam-macam. Tinggal kita ingin mempelajari yang mana. Diantara banyak teori yang ada, mulai dari teori antar pribadi, teori jendela johari, sampai teori kelompok.
Teori komunikasi yang saat ini telah berusia puluhan tahun dan berkembang sesuai dengan bidangnya. Perkembangan bidang ini, telah menyertakan gerakan dari sejumlah teori yang diciptakan oleh para akademisi ilmu komunikasi dan disebarkan oleh karya dari bidang-bidang lain yang lebih luas.
Jika dilihat dari pembahan dalam komunikasi antar pribadi dan kelompok saat ini, banyak sekali teori yang kita pelajari. Diantaranya; teori pengungkapan diri, teori analisis transaksional, teori konflik sosial, teori keseimbangan, teori ABX newcomb, teori analisis proses interaksi, teori sosiometri, teori paralinguistik, teori fungsional, dan masih banyak teori-teori yang lainnya mengenai komunikasi antar pribadi dan kelompok.
Dalam pembahasan ini, penulis lebih berfokus pada suatu teori komunikasi kelompok yaitu; teori analisis proses interaksi dan teori sosiometri.

II.                PEMBAHASAN
1.      Teori Analisis Proses Interaksi
Teori analisis proses interaksi yaitu teori yang mengarah pada sejenis pesan yang disampaikan orang dalam kelompok dan bagaimana pesan itu bisa memengaruhi peran dan kepribadian kelompok.[1]
Analisis proses interaksi oleh Robert Bales, dengan menggunakan penelitian bertahun-tahunnya sebagai sebuah fondasi, Bales menciptakan sebuah teori terpadu dan dikembangkan dengan baik dari komunikasi kelompok kecil yang bertujuan unutuk menjelaskan jenis pesan yang manusia tukar dalam kelompok, dari semua yang membentuk peran dan kepribadian anggota kelompok, dan cara mereka mempengaruhi semua karakter secara umum pada sebuah kelompok.
Dalam kelompok, setiap individu dapat memperlihatkan sikap positif atau negatif. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap individu dapat menanyakan informasi, memberi informasi, meminta dan memberi saran, serta menanyakan dan memberi opini.[2]
Menurut Bales, analisis proses interaksi terdiri atas enam kategori yaitu:
a.       Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling memberikan cukup informasi, maka kelompok bersangkutan akan mengalami “masalah komunikasi”.
b.      Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling cukup memberikan pendapat maka kelompok bersangkutan akan mengalami “masalah evaluasi
c.       Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling bertanya dan memberikan saran, maka kelompok akan mengalami “masalah pengawasan”.
d.      Jika masing-masing anggota kelompok tidak bisa mencapai kesepakatan maka mereka akan mendapatkan “masalah keputusan”
e.       Jika tidak cukup dramatisasi maka akan muncul “masalah ketegangan”.
f.       Jika anggota kelompok tidak ramah dan bersahabat maka akan terdapat “masalah reintegrasi”.
Teori Bales ini mencakup dua kelompok atau dua kelas perilaku komunikasi umum. Dalam penyelidikan pemimpin, Bales menemukan bahwa kelompok yang sama akan memiliki dua jenis pemimpin yang berbeda yaitu “pemimpin pekerjaan dan pemimpin sosioemosional”.[3]
Bales telah memberikan sumbangan penting dalam karir kesarjanaannya bagi perkembangan sistem ketegori Analisis Proses Interaksi (API) untuk menganalisis interaksi terbuka antar anggota-anggota kelompok.
Analisis proses interaksi dari bales adalah sistem keseimbangan (equilibrium). Semua unsur-unsur berada dalam keadaan seimbang. Terdapat jumlah yang sama kategori tugas dan kategori sosio-emosional, dan dua kategori tersebut dibagi sama dalam unsur positif dan unsur negatifnya. Selain itu penelitian menunjukan bahwa kelompok yang terlibat dalam kegiatan komunikasi yang berkaitan dengan tugas selama satu tahapan sidang, cenderung mempertahankan keseimbangan mereka. Hal ini dilakukan dengan cara meluangkan waktu yang lebih lama pada kegiatan sosio-emosional dalam tahapan sidang berikut, dan begitu pula sebaliknya. Kelompok-kelompok juga cenderung mengikuti suatu fase peningkatan berdasarkan waktu, dengan bergerak dari penekanan yang semula pada kegiatan komunikasi yang berkaitan dengan orientasi menuju kegiatan yang berkaitan dengan penilaian dan berakhir dengan kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian.[4]

2.      Teori Sosiometris
Sosiometris dapat diartikan sebagai pendekatan teoritis dan metodologis terhadap kelompok-kelompok yang diciptakan mula-mula oleh Moreno dan kemudian dikembangkan oleh Jennings dan yang lain. Pada dasarnya teori ini berhubungan dengan “daya tarik” (attraction) dan penolakan (repulsions) yang dirasakan oleh individu-individu terhadap satu sama lain serta implikasi perasaan-perasaan ini bagi pembentukan dan struktur kelompok. Suatu uji-coba sosiometris sering kali diterapkan pada anggota-anggota kelompok untuk menentukan struktur sosiometris suatu kelompok. Uji coba pada umumnya mencakup pertanyaan-pertanyaan yang meminta anggota-anggota kelompok untuk saling menentukan peringkat mereka berdasarkan efektifitas dalam melaksanakan tugas dan daya tarik antar pribadi. Suatu analisis terhadap uji-coba memberikan gambaran tentang berbagai konfigurasi sosial atau struktur yang telah dikembangkan oleh anggota kelompok.
Meskipun sosiometris tidak langsung berkepentingan dengan komunikasi, struktur sosiometris dari suatu kelompok tidak dapat disangkal berhubungan dengan beberapa hal yang terkadi dalam komunikasi kelompok. Nampaknya cukup masuk akal untuk menganggap bahwa individu-individu yang merasa tertarik satu sama lain dan yang saling menempatkan diri pada peringkat yang tinggi, akan lebih suka berkomunikasi sedemikian rupa sehingga membedakan mereka dari berkomunikasi anggota-anggota kelompok yang saling membenci. Bagaimanapun juga, hubungan yang khusus yang terdapat antara komunikasi kelompok dan struktur sosiometris kelompok masih perlu ditentukan.[5]
Jadi, sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak melakukan tindak komunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi. Tataran atraksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat diukur melalui alat tes sosiometri, di mana setiap anggota ditanyakan untuk memberi jenjang atau ranking terhadap anggota-anggota lainnya dalam kerangka ketertarikan antarpribadi (interpersonal attractiveness) dan keefektifan tugas (task effectiveness). Dengan menganalisis struktur kelompok yang padu dan produktif yang mungkin terjadi.[6]
Suatu kelompok memiliki kekuatan tidak hanya untuk membangkitkan para anggotanya, namun juga untuk membuat mereka menjadi tidak dapat diidentifikasikan.[7] Dalam contoh semisal ada segerombolan orang melakukan pembunuhan, pada segerombolan yang lebih besar banyak anggotanya dan kehilangan jatidirinya menjadi berkeinginan untuk melakukan kekejaman. Dalam kasus ini, seseorang tidak didasarkan pada diri mereka sendiri, semua dapat mengacu perilaku individu karena adanyan pengaruh kelompok.
Dengan adanya kondisi yang tidak diinginkan pada individu, ada dalam diri yang namanya pertahanan ego. Pertahanan ego yaitu mengacaukan realitas diluar maupun dalam diri. Dengan adanya pertahanan ego akan memunculkan represi; yaitu memasukan hal-hal yang tidak menyenangkan dari dalam kesadaran, ke dalam ketidaksadaran. Misal seperti kasus di atas mengenai segerombolan yang melakukan pembunuhan. Oleh karena itu, represi dapat menimbulkan pertahanan ego yang lain seperti pengalihan.[8]


III.             ANALISIS
Dari pembahasan di atas, relevansi dengan jurusan yaitu:
Langsung contoh dalam kasus di suatu perusahaan, dalam sebuah perusahaan pastinya ada pemimpin dan ada yang dipimpin. Dalam organisasi ini, haruslah terjalin hubungan yang baik diantara keduannya agar bisa mencapai tujuan bersama.
Dalam analisis proses interaksi, sebuah organisasi kelompok dalam mengembangkan bisnisnya dibutuhkan kerjasama dan keterbukaan. Contoh: dalam suatu kelompok organisasi, salah seorang memberikan pendapatnya untuk meningkatkan mutu semangat kerja para kinerja untuk melakukan suatu tujuan bersama, sedang yang lain saling punya pendapat sendiri-sendiri dan sehingga menimbulkan banyak perdebatan dan konflik. Kelompok tidak akan mampu membuat keputusan dalam kondisi seperti ini. Kemudian kelompok tersebut tidak ada yang memberikan saran, maka yang terjadi dalam kelompok tersebut tidak ada kesatuan. Apalagi dalam kelompok tersebut tidak memiliki sikap santai dan muncullah ketegangan dalam kondisi tersebut. Maka dibutuhkan salah seorang- pemimpin- untuk bisa mengarahkan agar bertindak positif, seperti memberi kesepakatan dan dramatisasi yang dibutuhkan dalam hal ini. Dramatisasi berarti melepaskan ketegangan dengan cara menyampaikan cerita dan pengalaman tidak perlu selalu sehubungan dengan masalah kelompok yang bersangkutan. Salah seorang bisa memberikan solusi atau bercerita tentang hal yang terbaik untuk kelompok mereka agar komunikasi dalam kelompok dapat berjalan baik.
Dalam teori sosiometris, relevansi terhadap jurusan yaitu; teori ini lebih menekankan pada komunikasi antara “daya tarik dan penolakan”. Contohnya; apabila individu merasa tertarik dengan individu lain maka komunikasi diantara keduannya akan berjalan baik dan lancar, dan mereka akan lebih suka berkomunikasi dibandingkan dengan mereka harus berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya yang saling membenci.
Dengan adanya daya tarik antar kelompok, biasanya akan terjadi komunikasi dan kerjasama yang baik. Kelompok tersebut akan lebih senang berinteraksi. Dan sebaliknya, apabila antar individu atau kelompok saling menolak, kerjasama diantara kedua kelompok renggang dan kurang baik. Begitu juga kerjasama tidak akan terselesaikan dengan lancar.

IV.             KESIMPULAN
Teori analisis proses interaksi membahas jenis-jenis pesan yang disampaikan orang dalam kelompok dan bagaimana pesan itu mempengaruhi peran dan kepribadian kelompok.
Teori ini memberikan pesan yang terdiri dari empat kategori yaitu; tindakan positif (tampak bersahabat, dramattisasi, kesepakatan), jawaban (memberikan saran, pendapat, informasi), pertanyaan (meminta saran, pendapat, informasi), tindakan negatif (pertentangan, menunjukan ketegangan, tampak tidak bersahabat).
Teori sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu- individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak melakukan tindak komunikasi, sebaliknya individu- individu yang saling menolak, kurang melaksanakan tindak komunikasi. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa teori sosimetri mencari tahu siapa yang disukai atau tidak disukai orang-orang, dan dengan siapa mereka akan atau tidak akan bersedia bekerja sama.
Jadi suatu kelompok sangat berpengaruh pada identitas seorang individu, mereka akan merasa kuat dan menjadi bukan diri sendiri karena dipengaruhi oleh kelompok dimana mereka berada. Komunikasi yang dilakukan pun berbeda antara individu yang merasa tertarik dengan individu lainnya dan antara individu yang yang saling menolak sehingga menimbulkan kurang komunikasi.








DAFTAR PUSTAKA
Golberg, Alvin A. Carl E. Larson.Komunikasi Kelompok: Proses-proses Diskusi san Penerapanya.Jakarta: UI-Press.1985.
Littlejohn, Stephen W. Karen A. Foss.Teori Komunikasi Theories of Human Communication, edisi 9.Jakarta: Salemba Humanika.2008.
Morissan.Teori Komunikasi: Individu hingga Massa.edisi pertama.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2013.
Myers, David G.Psikologi Sosial.eds 10.Jakarta: Salemba Humanika.2010.
Sarwono, Sarlito Wirawan.Teori-teori Psikologi Sosial.Jakarta: RajaGrafindo Persada.1995.


[1] Morissan, Teori Komunikasi: Individu hingga Massa, edisi pertama, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013, Hal. 334.
[2] Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Teori Komunikasi Theories of Human Communication, edisi 9, Jakarta: Salemba Humanika, 2008, hal. 326.
[3] Opcit, Morissan, Hal. 336.
[4] Alvin A.Golberg, Carl E. Larson; penerjemah, Koesdarini S, Gary R. Jusuf, Komunikasi Kelompok: Proses-proses Diskusi san Penerapanya, Jakarta: UI-Press, 1985, Hal. 57-59.
[5] Ibid, Alvin A.Golberg, Carl E. Larson, Hal. 55.
[7] David G. Myers, Psikologi Sosial, eds 10, Jakarta: Salemba Humanika, 2010, Hal. 369.
[8] Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995, Hal. 124.