Rabu, 30 Oktober 2013

KETERTIBAN, KONTROL, DAN PENYIMPANGAN SOSIAL



I.                   PENDAHULUAN
                  Sosialisasi adalah sebuah proes penenaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke genarasi lainya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosilog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Namun pada realita saat ini tidak sedikit para pelaku sosial yang telah menyimpang dari aturan norma sosial di setiap letaknya. Maka kali ini saya sebagai pemakalah akan membahas mengenai ketertiban, kontrol, dan penyimpangan sosial serta di ikuti dengan contoh kasusnya.

II.                RUMUSAN MASALAH
a.       Konsep ketertiban sosial, kontrol sosial, penyimpangan sosial
b.      Contoh kasus ketertiban sosial, kontrol sosial, dan penyimpangan sosial
III.             PEMBAHASAN

a.      Konsep ketertiban, kontrol sosial, dan penyimpangan sosial

Ketertiban sosial (social order) tercipta bilamana kegiatan biasa orang berlangsung dengan menyenangkan dan dapat di ramalkan pada masyarakat sederhana, sosialisasi menciptakan ketertiban sosial dengan cara mempersiapkan orang agar bersedia berperilaku sebagaimana yang diharapkan, dan tekanan sosial (social preassure) memberikan imbalan berupa penerimaan dan pengakuan bilamana orang yang berperilaku seperti yang diharapkan.

            Kontrol sosial mengacu umumnya pada mekanisme sosial dan politik atau proses yang mengatur perilaku individu dan kelompok, yang menyebabkan kesesuaian dan kepatuhan terhadap aturan yang diberikan masyarakat, negara, atau kelompok sosial. Sosiolog mengidentifikasi dua bentuk dasar dari kontrol sosial yaitu:
1.      Pengendalian internal-internalisasi dari norma-norma dan nilai-nilai dengan proses yang dikenal sebagai sosiolisasi.
2.      Eksternal Eksternal Control-sanksi, yang dapat positif (penghargaan) atau negatif (hukuman)

Kontrol  sosial formal
            Nilai-nilai sosial yang hadir pada individu adalah produk dari kontrol sosial informal. Hal ini dilakukan oleh masyarakat  tanpa secara eksplisit menyatakan aturan-aturan ini dan dinyatakan melalui adat istiadat, norma. Sanksi informal diantaranya malu, cemoohan, sindiran, kritik dan ketidaksetujuan.

Kontrol Sosial Formal
            Bentuk kontrol formal biasanya mengambil bentuk tindakan pemerintah . pemerintah dan organisasi menggunakan penegakan hukum dan mekanisme formal lainya sanksi seperti denda dan penjara. Douglas D. Catatan Heckathorn bahwa efektifitas dari setiap jenis kontrol formal ditentukan oleh kekuatan relatif dari sanksi dalam hal tingkat hukuman, monitoring kemampuan, dan tingkat kelompok atau pengawasan informal pada individu.

Penyimpangan Sosial, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam suatu masyarakat. Secara tradisionil fokus studi-studi mengenai perilaku menyimpang dilakukan oleh ahli sosiologi di Amerika yang tertuju pada kelakuan kriminal, kenakalan anak, dan juuga mengenai individu-individu yang digolongkan sebagai kaum radikal, politis dan religius.
Bentuk penyimpangan antara lain,
a.      Penyimpangan primer
            Penyimpangan yang dilakukan seseorang akan tetapi si pelaku masih dapat diterima masyarakat.ciri penyimpangan ini bersifat temporer atau sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat.
b.      Penyimpangan sekunder
            Penyimpangan yang berupa perbuatan yang dilakukan seseorang yang secara umum dikenal sebagai perilaku menyimpang. Penyimpangan ini tidak bisa di tolerir oleh masyarakat.

b.      Contoh kasus ketertiban sosial, kontrol sosial, dan penyimpangan sosial

Ketertiban sosial:
Universitas Brawijaya Koret-koret?
Setidaknya ada lebih dari satu informasi yang dapat saya tangkap dari cerita para calon wali mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) tahun akademik 2009/2010.

Salah satu informasi saya peroleh hari Minggu tanggal 23 Agustus 2009. Seorang lulusan SMA yang mengikuti test SNMPTN dengan pilihan jurusan Gizi di Fakultas Kedokteran telah gagal, tidak diterima. Menurut pamannya, baru-baru ini telah mendapatkan surat panggilan "diterima" di Fakultas Pertanian UB. Padahal anak tersebut tidak memilih jurusan tersebut. Sudah sedemikian parahkah ketakutan pihak manajemen UB, sehingga seolah-olah jangan sampai ada pelamar yang lepas dari UB dan masuk ke Perguruan Tinggi lainnya? Istilah bahasa Jawanya "koret-koret" jangan sampai ada yang tersisa.

Kontrol sosial
Beberapa contoh kontrol sosial penolakan, penolakan terhadap kenaikan BBM yang marak saat ini.  penggunaan ekspresi wajah, penggunaan ekspresi wajah yang berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat itu. gosip, gosib yang beredar luas menenai isu-isu yang sedang berkembang di indonesia. Misal adanya peristiwa sukhoi yang menyebutkan bahwa korban-korban sudah di identifikasi semua. Padahal faktanya masih banyak jenazah yang belum teridentifikasi serta menyebarluaskan foto-foto para korban.  pembunuhan, dan lainnya.

Penyimpangan sosial
Penyalahgunaan Narkotika:
Pada awalnya, narkotika digunakan untuk keperluan medis, terutama sebagai bahan campuran obat-obatan dan berbagai penggunaan medis lainnya. Narkotika banyak digunakan dalam keperluan operasi medis, karena narkotika memberikan efek nyaman dan dapat menghilangkan rasa sakit sementara waktu, sehingga pasien dapat dioperasi tanpa merasa sakit. Pada pemakaiannya di bidang medis, dibutuhkan seorang dokter ahli untuk mengetahui kadar yang tepat bagi manusia, karena obat-obatan yang termasuk narkotika mempunyai efek ketergantungan bagi para pemakainya. Penyalahgunaan narkotika dilakukan secara sembarangan tanpa memerhatikan dosis penggunaannya. Pemakaiannya pun dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dihirup asapnya, dihirup serbuknya, disuntikkan, ataupun ditelan dalam bentuk pil atau kapsul. Pengguna yang kecanduan, merusak sistem saraf manusia, bahkan dapat menyebabkan kematian. Berikut adalah contoh zat-zat yang termasuk dalam kategori narkotika.
Perkelahian antarpelajar sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. Perkelahian tersebut tidak hanya menggunakan tangan kosong atau perkelahian satu lawan satu, melainkan perkelahian bersenjata, bahkan ada yang menggunakan senjata tajam serta dilakukan secara berkelompok. Banyak korban berjatuhan, bahkan ada yang meninggal dunia. Lebih disayangkan lagi, kebanyakan korban perkelahian tersebut adalah mereka yang justru tidak terlibat perkelahian secara langsung. Mereka umumnya hanya sekadar lewat atau hanya karena salah sasaran pengeroyokan. Kondisi ini jelas sangat mengganggu dan membawa dampak psikis dan traumatis bagi masyarakat, khususnya kalangan pelajar. Pada umumnya mereka menjadi was-was, sehingga kreativitas mereka menjadi terhambat. Hal ini tentu saja membutuhkan perhatian dari semua kalangan sehingga dapat tercipta suasana yang nyaman dan kondusif khususnya bagi masyarakat usia sekolah.

1 komentar:

  1. terima kasih ada infonya, tapi akan lebih baik lagi kalau mbak menyertakan refernsi buku atau journalnya. :)

    BalasHapus