behaviorisme skinner
behaviorisme
adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada
tahun 1913. Sama halnya dengan psikoanalisa, behaviorisme juga merupakan aliran
yang revolusioner, kuat dan berpengaruh serta memiliki akar sejarah yang cukup
dalam. Sejumlah Filsuf dan ilmuan sebelum Watson dalam satu dan lain bentuk
telah mengajukan gagasan-gagasan mengenai pendekatan objektif dalam mempelajari
manusia berdasarkan pandangan yang mekanistis dan materialistis, suatu
pendekatan yang menjadi ciri utama dari behaviorisme. Seorang diantaranya
adalah Ivan Pavlon (1849-1936), seorang ahli filosofi Rusia.[1]
Riwayat hidup singkat B.F. Skinner
Burrhus
Frederic Skinner dilahirkan pada tanggal 20 mei 1904 di Susquehanna,
Pennsylvania, Amerika Serikat. Ayahnya adalah seorang pengacara. Sebagai anak
yang kreatif, Skinner banyak menghabiskan waktunya untuk merancang dan membuat
berbagai alat permainan seperti grobak, sumpit, kreatifitas masa kanak-kanak
ini oleh Skinner dilanjutkan dengan menciptakan berbagai alat percobaan
sehubungan dengan penyelidikan-penyelidikannya mengenai tingkah laku.
Di sekolah menengah Skinner berusaha
mencari uang sendiri dengan berbagai cara, antara lain dengan membuat iklan
pertunjukan-pertunjukan, bermain jazz band. Skinner tekun belajar, dan dia
terutama tertarik kesusastraan yang membawanya masuk Hamiltn College, New York.
Pada tahun 1928 Skinner memasuki kuliah psikologi di Universitas Harvard dengan
mengkhususkan diri pada bidang tingkah laku hewan, dan meraih doktor pada tahun
1931.
Dari tahun 1931-1936 Skinner bekerja
di Harvard. Dari tahun 1936 sampai 1945 Skinner menjalani karir sebagai
pengajar di Universitas Minnesota. Mulai tahun 1945 ia menerima jabatan sebagai
dekan Fakultas Psikologi Universitas Indiana, yang dipegangnya sampai tahun
1947. Setelah itu Skinner kembali ke Universitas Harvard untuk menerima jabatan
sebagai guru besar psikologi.
Minat utama Skinner adalah pada
analisis eksperimental atas tingkah laku. Ia melakukan penyelidikan terutama
pada organisme infrahuman, biasanya tikus atau merpati. Disamping itu Skinner
juga menerapkan prinsip-prinsip pengkondisian operan (operant conditioning)
pada penyelidikan tentang psikotik orang-orang dewasa, anak-autistik, analisis
bahasa, dan perencanaan mesin-mesin pengajaran.[2]
KEPRIBADIAN MENURUT PERSPEKTIF
BEHAVIORISME
Sebagaimana
telah kita ketahui, Skinner tidak menerima gagasan mengenai kepribadian
(personality) atau diri (self) sebagai pendorong atau pengarah tingkah laku. Ia
menyebut gagasan semacam itu sebagai sisa dari animisme primitif.
Dari
perspektif behaviorisme Skinner, studi tentang kepribadian melibatkan pengujian
yang sistematis dan pasti atas sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar
belakang genetik atau faktor bawaan yang khas dari individu. Menurut Skinner,
individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya
melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat
kedudukan atau suatu poin dimana
fktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama menghasilkan akibat
(tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut.[3]
PENGKONDISIAN OPERAN
Tingkah
laku operan, yang menurut Skinner pengkondisian operan atau instrumental
ditentukan oleh kejadian yang mengikuti respon. Artinya, dalam tingkah laku
operan, konsekuensi atas hasil dari tingkah laku akan menentukan kecenderungan
organisme untuk mengulang ataupun menghentikan tingkah lakunya itu dimasa
datang.
Skinner membedakan dua tipe respons tingkah laku,
yakni responden dan operan. Dalam arti singkatnya, tingkah laku responden
adalah tingkah laku otomatis atau reflek, yang dimunculkan dalam situasi yang
lain dengan situasi aslinya. Contoh: menggigil karena
kedinginan. Sedangkan tingkah laku operan adalah tingkah laku yang
diperoleh melalui pengkondisian operan atau instrumental, diikuti kejadian yang
mengikuti respon. Contoh: jika kita senyum dengan seseorang, tapi ternyata
orang yang kita ajak senyum mengacuhkan kita, maka untuk selanjutnya kita tidak
senyum lagi pada orang itu.
1.
Mencatat tingkah laku operan
dalam pengkondisian operan, tingkah
laku organisme perlu diukur dan dicatat begitu tingkah laku itu muncul. Contoh:
tikus menekan pengungkit.
2.
Jadwal perkuatan
jadwal perkuatan adalah aturan yang
menentukan dalam keadaan bagaimana atau kapan perkuatan2 akan disampaikan. Contoh:
memberi perkuatan pada organisme.
3.
Tingkah laku takhyul
mempercayai takhyul-takhyul
berdasarkan pengalaman pribadi atau kisah pengkondisian operan.
4.
Shaping
Yang dimaksud shaping
adalah pembentukan suatu respons melalui pemberian perkuatan atas respons2
lain yang mengarah atu mendekati respons yang ingin dibentuk itu. Contoh: tikus
menekan pengungkit, sehingga makanan dalam kotak keluar.
5.
Pemerkuat sekunder
pemerkuat
sekunder adalah suatu hal, kejadian, atau objek yang memiliki nilai pemerkuat
respons melalui kaitan yang erat dengan pemerkuat primer berdasarkan pengalaman
pengkondisian atau proses belajar pada organisme. Contoh pemerkuat sekunder
yaitu bunyi bel yang bisa menyebabkan keluarnya air liur pada anjing percobaan
pavlov.
6.
Penggunaan stimulus aversif
yang dimaksud dengan stimulus
aversif adalah stimulus yang tidak menyenangkan, tidak diharapkan dan selalu
ingin dihindari oleh organisme.
Ada
dua metode dari penggunaan stimulus aversif ini menurut Skinner yaitu:
ü Pemberian
hukuman
menunjuk kepada stimulus aversi yang
diberikan sebagai akibat dan tergantung pada kemunculan suatu respons. Contoh:
anak yang nakal dipukul, seorang yang mencuri dipenjarakan.
ü Perkuatan
negatif
menunjukan kepada stimulus aversi
yang mendorong organisme untuk melarikan diri dari padanya dalam upaya
mengatasi keadaan yang tidak menyenangkan dari aversi tersebut. Contoh: jika
kita kehujanan dan menjadi teduh karena berlindung dipohon rndang, maka dilain
waktu kalau kehujanan, maka kita akan berteduh dipohon rindang itu.
7.
Generalisasi dan diskriminasi stimulus
generalisasi
stimulus memiliki arti penting dalam pengkondisian operan. Tanpa adanya
generalisasi stimulus, tingkah laku individu akan terbatas dan tidak
terintegrasi, untuk bertingkah laku secara layak. Contoh: seorang anak di rumah
diperlakukan dengan baik karena tingkah lakunya yang baik akan menggeneralisasikan
dan mengulang tingkah laku baiknya itu di luar rumah.
Diskriminasi
stimulus merupakan kebalikan dari generalisasi stimulus, yakni suatu proses
belajar bagaimana merespons secara tepat terhadap berbagai stimulus yang
berbeda. Contoh: seorang remaja yang belajar membedakan antara orang-orang yang
cocok dengan orang-orang yang tidak cocok untuk dijadikan teman.
Menurut
skinner, kemampuan mendeskriminasikan stimulus pada setiap orang tidak sama,
sebab kemampuan mendiskriminasikan stimulus ditentukan oleh pengalaman belajar
individu yang khas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar