Selasa, 01 Oktober 2013

makalah psikologi kepribadian



 behaviorisme skinner
behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913. Sama halnya dengan psikoanalisa, behaviorisme juga merupakan aliran yang revolusioner, kuat dan berpengaruh serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Sejumlah Filsuf dan ilmuan sebelum Watson dalam satu dan lain bentuk telah mengajukan gagasan-gagasan mengenai pendekatan objektif dalam mempelajari manusia berdasarkan pandangan yang mekanistis dan materialistis, suatu pendekatan yang menjadi ciri utama dari behaviorisme. Seorang diantaranya adalah Ivan Pavlon (1849-1936), seorang ahli filosofi Rusia.[1]
Riwayat hidup singkat B.F. Skinner
Burrhus Frederic Skinner dilahirkan pada tanggal 20 mei 1904 di Susquehanna, Pennsylvania, Amerika Serikat. Ayahnya adalah seorang pengacara. Sebagai anak yang kreatif, Skinner banyak menghabiskan waktunya untuk merancang dan membuat berbagai alat permainan seperti grobak, sumpit, kreatifitas masa kanak-kanak ini oleh Skinner dilanjutkan dengan menciptakan berbagai alat percobaan sehubungan dengan penyelidikan-penyelidikannya mengenai tingkah laku.
            Di sekolah menengah Skinner berusaha mencari uang sendiri dengan berbagai cara, antara lain dengan membuat iklan pertunjukan-pertunjukan, bermain jazz band. Skinner tekun belajar, dan dia terutama tertarik kesusastraan yang membawanya masuk Hamiltn College, New York. Pada tahun 1928 Skinner memasuki kuliah psikologi di Universitas Harvard dengan mengkhususkan diri pada bidang tingkah laku hewan, dan meraih doktor pada tahun 1931.
            Dari tahun 1931-1936 Skinner bekerja di Harvard. Dari tahun 1936 sampai 1945 Skinner menjalani karir sebagai pengajar di Universitas Minnesota. Mulai tahun 1945 ia menerima jabatan sebagai dekan Fakultas Psikologi Universitas Indiana, yang dipegangnya sampai tahun 1947. Setelah itu Skinner kembali ke Universitas Harvard untuk menerima jabatan sebagai guru besar psikologi.
            Minat utama Skinner adalah pada analisis eksperimental atas tingkah laku. Ia melakukan penyelidikan terutama pada organisme infrahuman, biasanya tikus atau merpati. Disamping itu Skinner juga menerapkan prinsip-prinsip pengkondisian operan (operant conditioning) pada penyelidikan tentang psikotik orang-orang dewasa, anak-autistik, analisis bahasa, dan perencanaan mesin-mesin pengajaran.[2]

KEPRIBADIAN MENURUT PERSPEKTIF BEHAVIORISME
Sebagaimana telah kita ketahui, Skinner tidak menerima gagasan mengenai kepribadian (personality) atau diri (self) sebagai pendorong atau pengarah tingkah laku. Ia menyebut gagasan semacam itu sebagai sisa dari animisme primitif.
Dari perspektif behaviorisme Skinner, studi tentang kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dan pasti atas sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar belakang genetik atau faktor bawaan yang khas dari individu. Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu poin dimana fktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut.[3]

PENGKONDISIAN OPERAN
Tingkah laku operan, yang menurut Skinner pengkondisian operan atau instrumental ditentukan oleh kejadian yang mengikuti respon. Artinya, dalam tingkah laku operan, konsekuensi atas hasil dari tingkah laku akan menentukan kecenderungan organisme untuk mengulang ataupun menghentikan tingkah lakunya itu dimasa datang.
Skinner membedakan dua tipe respons tingkah laku, yakni responden dan operan. Dalam arti singkatnya, tingkah laku responden adalah tingkah laku otomatis atau reflek, yang dimunculkan dalam situasi yang lain dengan situasi aslinya. Contoh: menggigil karena kedinginan. Sedangkan tingkah laku operan adalah tingkah laku yang diperoleh melalui pengkondisian operan atau instrumental, diikuti kejadian yang mengikuti respon. Contoh: jika kita senyum dengan seseorang, tapi ternyata orang yang kita ajak senyum mengacuhkan kita, maka untuk selanjutnya kita tidak senyum lagi pada orang itu.
1. Mencatat tingkah laku operan
            dalam pengkondisian operan, tingkah laku organisme perlu diukur dan dicatat begitu tingkah laku itu muncul. Contoh: tikus menekan pengungkit.
2. Jadwal perkuatan
            jadwal perkuatan adalah aturan yang menentukan dalam keadaan bagaimana atau kapan perkuatan2 akan disampaikan. Contoh: memberi perkuatan pada organisme.
3. Tingkah laku takhyul
            mempercayai takhyul-takhyul berdasarkan pengalaman pribadi atau kisah pengkondisian operan.
4. Shaping
            Yang dimaksud shaping adalah pembentukan suatu respons melalui pemberian perkuatan atas respons2 lain yang mengarah atu mendekati respons yang ingin dibentuk itu. Contoh: tikus menekan pengungkit, sehingga makanan dalam kotak keluar.
5. Pemerkuat sekunder
            pemerkuat sekunder adalah suatu hal, kejadian, atau objek yang memiliki nilai pemerkuat respons melalui kaitan yang erat dengan pemerkuat primer berdasarkan pengalaman pengkondisian atau proses belajar pada organisme. Contoh pemerkuat sekunder yaitu bunyi bel yang bisa menyebabkan keluarnya air liur pada anjing percobaan pavlov.

6. Penggunaan stimulus aversif
            yang dimaksud dengan stimulus aversif adalah stimulus yang tidak menyenangkan, tidak diharapkan dan selalu ingin dihindari oleh organisme.
Ada dua metode dari penggunaan stimulus aversif ini menurut Skinner yaitu:
ü  Pemberian hukuman
            menunjuk kepada stimulus aversi yang diberikan sebagai akibat dan tergantung pada kemunculan suatu respons. Contoh: anak yang nakal dipukul, seorang yang mencuri dipenjarakan.
ü  Perkuatan negatif
            menunjukan kepada stimulus aversi yang mendorong organisme untuk melarikan diri dari padanya dalam upaya mengatasi keadaan yang tidak menyenangkan dari aversi tersebut. Contoh: jika kita kehujanan dan menjadi teduh karena berlindung dipohon rndang, maka dilain waktu kalau kehujanan, maka kita akan berteduh dipohon rindang itu. 
7. Generalisasi dan diskriminasi stimulus
generalisasi stimulus memiliki arti penting dalam pengkondisian operan. Tanpa adanya generalisasi stimulus, tingkah laku individu akan terbatas dan tidak terintegrasi, untuk bertingkah laku secara layak. Contoh: seorang anak di rumah diperlakukan dengan baik karena tingkah lakunya yang baik akan menggeneralisasikan dan mengulang tingkah laku baiknya itu di luar rumah.
Diskriminasi stimulus merupakan kebalikan dari generalisasi stimulus, yakni suatu proses belajar bagaimana merespons secara tepat terhadap berbagai stimulus yang berbeda. Contoh: seorang remaja yang belajar membedakan antara orang-orang yang cocok dengan orang-orang yang tidak cocok untuk dijadikan teman.
Menurut skinner, kemampuan mendeskriminasikan stimulus pada setiap orang tidak sama, sebab kemampuan mendiskriminasikan stimulus ditentukan oleh pengalaman belajar individu yang khas.


[1] E. Koswara, teori-teori kepribadian, Bandung:  Eresco, 1991, Hlm. 69.

[2] Ibid, Hlm. 70-71.
[3] Ibid, Hlm. 77.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar